Kamis, 05 Juli 2012

PENDAHULUAN DAN PENGERTIAN TEORI AKUNTANSI

I want share my resume about teori akuntansi ^^ It's from many books. I hope this resume make your homwork easy too ^^



PENDAHULUAN

1.1.   Akuntansi dan Lingkupnya
Akuntansi keuangan membahas tentang bagimana prosedur, metoda, dan teknik pencatatan transaksi keuangan dilakukan untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan yang telah ditetapkan. Standar akuntansi memberi pedoman (pendefinisian, pengukuran, penilaian, pengakuan, dan pengungkapan elemen–elemen atau pos–pos laporan keuangan) perlakuan akuntansi terhadap suatu kejadian.
Akuntansi yang dipraktikkan dalam suatu negara sebenarnya tidak terjadi begitu saja secara ilmiah namun praktik yang dijalankan dirancang dan dikembangkan secara sengaja untuk mencapai tujuan sosial tertentu. Dan praktik akuntansi dipengaruhi oleh faktor lingkungan (sosial, ekonomi, politis). Karena itu, struktur dan praktik akuntansi akan berbeda antara negara yang satu dengan yang lainnya (perbedaan muncul dikarenakan struktur dan praktik tersebut disesuaikan dengan kondisi negara, tempat dimana akuntansi tersebut dijalankan).
Pengembangan Akuntansi
Akuntansi dipandang sebagai pelaksanaaan dan penerapan standar untuk menyusun seperangkat laporan keuangan. Dari sudut profesi atau praktisi, akuntansi berkepentingan dengan aspek “bagaimana”. Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU) atau (Generally Accepted Accounting Principles / GAAP) merupakan pedoman yang lebih luas dari pada standar akuntansi karena tidak semua perlakuan akuntansi secara eksplisit diatur dalam standar akuntansi. PABU berisi standar akunatansi ditambah dengan sumber-sumber acuan lain yang didukung berlakunya.
Di lain pihak, sebagai objek pengetahuan di perguruan tinggi. Akademisi memandang akuntansi sebagai dua bidang kajian yaitu bidang praktik dan teori. Dengan demikian pendidikan akuntansi di perguruan tinggi harus mampu mengubah praktik akuntansi yang dijalankan menjadi lebih baik. Namun dalam kenyataannya, proses pengajaran di perguruan tinggi tidak selalu dapat terlaksana karena berbagai faktor.
1.2.   Pendekatan Teori Akuntansi
1.2.1.   Pendekatan Pajak
Pendekatan yang disukai oleh banyak pendatang baru dalam bidang akuntansi ini menanyakan apa yang akan dikatakan oleh Internal Revenue Service (IRS) mengenai suatu masalah. Misalnya, kita dapat bertanya apakah IRS akan mengizinkan ABC mengakui pendapatan pada titik ini ; atau, apakah IRS akan melarang hal itu ?
Dilema yang pertama dan yang paling jelas dalam pendekatan ini adalah bahwa pendekatan ini mempersoalkan bagaimana IRS sampai pada kesimpulannya. Bila kita mengkaji asal mula teoritis akuntansi pajak, kita akan segera menemukan bahwa tujuan-tujuan akuntansi pajak sangat berbeda dengan tujuan-tujuan pelaporan keuangan. IRS tidak begitu tertarik pada pengukuran penghasilan suatu perusahaan dibandingkan dengan penetapan suatu dasar untuk keperluan pajak. Akibatnya, kesimpulan akuntansi pajak tidak relevan untuk keperluan kita.
Ini bukan berarti bahwa berbagai undang-undang pajak penghasilan itu tidak mempunyai dampak yang besar pada praktik akuntansi di banyak bidang. Undang-undang itu penting dalam mengangkat praktik akuntansi yang rata-rata menjadi praktik yang standar yang dipakai perusahaan-perusahaan yang lebih baik pada saat itu. Hal ini menciptakan suatu perbaikan dalam praktik akuntansi umum dan dalam mempertahankan konsistensi. Selain itu, ketentuan mengenai penyusutan yang dicakup dalam Exercise Act 1909 dan dalam undang-undang selanjutnya telah menyebabkan digunakannya metode penyusutan yang sistematis, pencarian konsep-konsep penyusutan yang lebih baik, dan penggunaan metode yang lebih tepat untuk menghitung biaya penyusutan.
Di samping itu, persyaratan dalam Act 1918, yang mewajibkan persediaan diperhitungkan dalam penentuan penghasilan, telah menyebabkan meluasnya diskusi yang berkaitan dengan metode penilaian yang tepat. Diterimanya metode harga pokok atau harga pasar, mana yang lebih rendah, dalam peraturan-peraturan sebelumnya untuk menilai persediaan telah menyebabkan prosedur ini dipakai secara luas dan mendorong diadakannya diskusi-diskusi mengenai ketapatan konsep itu. Akhirnya, seperti yang akan diperlihatkan oleh bagian berikut, kasus-kasus pengadilan yang berhubungan dengan undang-undang pajak telah banyak mempengaruhi perkembangan konsep-konsep akuntansi. 
Sayangnya, aturan-aturan pajak penghasilan mempunyai pengaruh yang merugikan pada teori dan prinsip akuntansi dalam banyak bidang. Kecenderungan untuk menerima ketentuan pajak penghasilan sebagai prinsip dan praktik akuntansi yang berlaku umum ini patut disayangkan. Berikut ini adalah contoh-contohnya:
a)    Setiap metode penyusutan yang dapat diterima untuk keperluan pajak juga dapat diterima untuk keperluan akuntansi, tanpa memperhatikan apakah metode itu mengikuti atau tidak mengikuti teori akuntansi yang baik dalam situasi yang bersangkutan.
b)   LIFO harus digunakan untuk keperluan pelaporan keuangan jika metode itu digunakan dalam laporan pajak.
c)    Pos-pos yang seharusnya dikapitalisasi dalam laporan keuangan jadi dibebankan pada beban sesuai dengan perlakuan dalam laporan pajak karena perusahaan mencoba mendapatkan pengurangan pajak sedini mungkin.
d)    Karena undang-undang pajak tidak mengizinkan, biasanya tidak dibuat penyisihan dalam laporan keuangan untuk “mengakui” beban-beban perbaikan dan pemeliharaan kecuali yang dilakukan secara tidak langsung dan secara tidak beraturan melalui penyusutan yang dipercepat.
Singkatnya, pengaruh pemajakan penghasilan perusahaan pada akuntansi di Amerika Serikat dan negara-negara lain memang besar, tetapi sebagian besar bersifat tidak langsung. Undang-undang pajak itu sendiri tidak menjadi jalan dalam pemikiran akuntansi. Walaupun undang-undang pendapatan memang mempercepat dianutnya praktek-praktek akuntansi yang baik dan karenanya menghasilkan analisis yang lebih kritis atas prosedur dan konsep akuntansi yang sudah diterima, undang-undang itu juga menjadi penghambat dalam percobaan dan penerimaan teori yang baik.
1.2.2.   Pendekatan Legal
Pendekatan kedua terhadap akuntansi yang banyak dipakai para pendatang baru untuk menganalisis situasi-situasi seperti kasus ABC adalah dengan menyarankan untuk memperoleh pendapat hukum (legal). Tentu saja, seperti dikatakan sebagian orang, suatu penjualan harus diakui bila hak milik legal berpindah. Sayangnya, cara ini tidak menyelesaikan masalah tersebut segampang yang diharapkan orang karena biasanya hak berpindah bila persidangan yang mengadili suatu kasus memutuskan bahwa hak memang sudah berpindah. Contohnya adalah :
·      Perkara ketika Pennzoil mengklaim bahwa Texaco merampas Getty Oil dari mereka setelah penjualan legal antara Getty dan Pennzoil selesai. Texaco menanggapi bahwa suatu jabatan tangan saja tidak merupakan penjualan yang sah atau, dengan kata lain, bukan merupakan perpindahan hak milik legal. Sebagian besar pengamat kasus ini tampaknya sependapat dengan Texaco. Akan tetapi, pengadilan Texas meneruskan persidangan untuk mencari keputusan bagi Pennzoil. Akhirnya, Texaco menyelesaikan perkara ini di luar pengadilan dengan membayar $3 milyar. Benarkah telah terjadi penjualan? Argumen-argumen dari kedua pendapat masih saling bertarung dalam kasus ini. Contoh Kasus:
·      Banyak kasus hukum yang menyangkut sifat penghasilan. Misalnya, perhatikanlah kasus Eisner v. Macomber yang disidangkan di Mahkamah Agung A.S. tahun 1920.  Yang dipermasalahkan adalah apakah dividen saham itu penghasilan atau bukan. Charles Evans Hughes, yang tampil mewakili tergugat, menyatakan bahwa :
“Sudah menjadi hakikat penghasilan bahwa penghasilan harus direalisasi. Potensi saja tidak cukup. ... Penghasilan menyiratkan pemisahan dan realisasi. Penambahan hutan bukanlah penghasilan sampai hutan itu ditebang. Kenaikan nilai tanah karena pertumbuhan dan kesejahteraan masyarakat bukanlah penghasilan sampai kenaikan itu direalisasi. Dalam hal investasi, tidak ada penghasilan sampai ada keuntungan yang terpisah dan terealisasi. ...”
Karena tidak ada uang tunai, Hughes berpendapat, tidak ada penghasilan. Argumentasi ini diterima oleh mayoritas Mahkamah.
·      Kasus lain yang membangkitkan minat adalah James v. United States. Kasus ini melibatkan seorang laki-laki yang menggelapkan $738,000 dari majikannya selama tahun 1951 sampai 1954. IRS mengajukannya ke pengadilan karena it lalai tidak membayar pajak penghasilan atas keuntungan yang diperoleh secara tidak halal itu. Hakim Whittaker berpihak pada James, dengan menyatakan bahwa James tidak mempunyai penghasilan, karena seorang yang melakukan penggelapan “sedikitpun tidak mendapat hak, hak milik, atau kepentingan atas barang jarahannya.” Yang ia ambil, menurut hakim, lebih bersifat pinjaman!
Dengan logika ini, apakah berarti bahwa perusahaan yang terlibat dalam penyeludupan narkotik tidak mendapatkan penghasilan karena perusahaan itu tidak memegang hak legal atas uang yang diperolehnya? Oleh karena itu, haruskah perusahaan itu dibebaskan dari pajak penghasilan?
FASB, dalam menetapkan suatu Kerangka Dasar Konseptual untuk akuntansi, menyelidiki penggunaan hukum untuk menetapkan prinsip-prinsip akuntansi. Mereka mencatat bahwa dalam banyak situasi selalu ada masalah ekonomi selain masalah legal. “Para pengacara dan hakim memandang konsep properti dan konsep-konsep yang terkait dengan cara yang hampir sama dengan cara para akuntan dan pengusaha memandang aktiva, dan mereka menghadapi kesulitan yang hampir sama dalam hal definisi.” Bahwa mereka tidak selalu sampai pada kesimpulan yang sama seringkali mencerminkan fakta bahwa para pengacara itu biasanya tertarik pada penghasilan yang tersedia untuk pajak atau penghasilan yang tersedia untuk dividen dan bukan pada penghasilan dalam pengertian suatu pertambahan nilai atau suatu ukuran efisiensi operasional. Jadi ringkasnya, walaupun undang-undang tentu saja memberikan banyak contoh yang dapat merangsang pemikiran mengenai masalah-masalah dalam teori akuntansi, undang-undang jarang menjadi faktor yang menentukan.
1.2.3.   Pendekatan Etika
Pendekatan yang ketiga menanyakan apakah ada solusi yang etis bagi dilema ABC? Apakah ada sesuatu yang harus dilakukan manajemen? Apakah ini sesuatu yang lebih daripada sekedar mengikuti seperangkat prosedur akuntansi yang berlaku umum? Dengan menanyakan pertanyaan-pertanyaan ini dalam suatu bagian yang terpisah, tidak berarti bahwa pendekatan-pendekatan lainnya tidak mempunyai kandungan etika, dan juga tidak menyiaratkan bahwa teori-teori etika mengabaikan semua konsep lainnya. Pertanyaan etis yang fundamental ada di jantung semua bangunan teori modern.
Etika terhadap teori akuntansi menekankan konsep-konsep keadilan, kebenaran, dan kewajaran (justice, truth, fairness). Yang menarik, setiap konsep ini menemukan jalannya sendiri untuk sampai pada Kerangka Dasar Konseptual yang diciptakan oleh FASB. Pertimbangan seperti tidak adanya kesengajaan untuk memihak (bias) dan kejujuran penyajian (representational faithfulness) dianggap sebagai karakterisktik yang perlu dalam sistem akuntansi yang andal. Netralitas, yang berarti bahwa informasi tidak boleh dipoles agar mempengaruhi perilaku ke arah tertentu, adalah sifat yang sangat penting dalam penetapan standar. Pertimbangan etika, dengan kata lain, mempunyai pengaruh yang meresap di seluruh aspek akuntansi.
Dalam kasus ini, kita dapat memulai dengan bertanya apakah manajemen bersikap jujur kepada pemegang saham dengan mencatat transaksi-transaksi tersebut pada titik ini. Atau, kita dapat menanyakan yang sebaliknya: Apakah manajemen jujur jika tidak mengakui pendapatan pada titik ini? Kita juga dapat bertanya apakah manajemen ABC mengatakan yang sebenarnya, walaupun kebenaran dalam akuntansi sukar didefinisikan dan diterapkan.
Banyak orang tampaknya menggunakan istilah kebenaran dengan arti “sesuai dengan fakta,” yang ekuivalen dengan konsep “kejujuran penyajian,” yang didefinisikan sebelumnya. Akan tetapi, tidak semua yang mengacu pada kebenaran dalam akuntansi mempunyai definisi yang sama mengenai fakta. Sebagian mengacu pada fakta akuntansi sebagai data yang objektif dan dapat diuji (verifiable). Jadi, biaya historis merupakan fakta akuntansi bagi mereka. Bagi yang lainnya, istilah kebenaran digunakan untuk mengacu pada penilaian aktiva dan beban menurut ukuran ekonomi saat ini. Misalnya, seorang praktisi menyatakan bahwa laporan keuangan menampilkan kebenaran hanya bila laporan itu mengungkapkan nilai kini (current value) aktiva serta keuntungan dan kerugian yang didapat dari perubahan nilai, walaupun kenaikan nilai harus disebutkan sebagai kenaikan yang sudah direalisasi atau belum direalisasi.
Banyak orang mengasosiasikan istilah kebenaran dengan dalil atau pernyataan yang menurut mereka merupakan prinsip-prinsip yang sudah mapan. Misalnya, banyak yang menganggap pengakuan keuntungan pada saat penjualan aktiva merupakan pelaporan keadaan yang “sebenarnya.” Orang-orang yang sama juga beranggapan bahwa pelaporan suatu taksiran kenaikan nilai aktiva, sebelum penjualan, sebagai penghasilan biasa, tidak mengandung kebenaran. Jadi, aturan yang mapan mengenai pengakuan pendapatan digunakan sebagai pedoman untuk menentukan kebenaran-bukan sebaliknya. Hal ini menyebabkan kebenaran laporan-laporan keuangan tergantung pada keabsahan fundamental aturan dan prinsip yang telah diterima, yang menjadi dasar laporan-laporan itu. Ini merupakan fondasi yang tidak memadai untuk mengukur kebenaran.
1.2.4.   Pendekatan Ekonomi
Dengan harapan dapat menyelesaikan masalah-masalah seperti yang ditimbulkan oleh ABC, para akuntan sudah lama mencoba untuk menafsirkan konsep-konsep akuntansi dilihat dari konsep-konsep ekonomi. Dalam tahun-tahun terakhir ini, benar-benar telah terjadi ledakan riset yang mengkaji kaitan antara penafsiran ekonomi dan data akuntansi. Bagian-bagian berikut membeberkan tiga jalur yang berlainan dalam mengambil pendekatan ekonomi terhadap akuntansi: makroekonomi, mikroekonomi, dan sosial korporasi.

a)    Makroekonomi
Pendekatan makroekonomi mencoba menjelaskan pengaruh prosedur pelaporan alternatif pada pengukuran ekonomi dan aktivitas ekonomi pada tingkatan yang lebih luas daripada perusahaan, seperti industri atau perekonomian nasional.
Sebagian orang menginginkan lebih jauh lagi daripada sekedar penjelasan dan mereka berpendapat bahwa salah satu tujuan akuntansi haruslah mengarahkan perilaku perusahaan dan individu ke arah pelaksanaan kebijakan ekonomi nasional tertentu. Misalnya, sebagian orang berpendapat bahwa tujuan-tujuan ekonomi nasional menghendaki laporan akuntansi yang memungkinkan dan bahkan mendorong dibagikannya dividen yang lebih tinggi dan pengeluaran modal lebih besar dalam periode perekonomian yang lesu serta mengurangi investasi dalam periode inflasi.
Walaupun sebagian besar negara melaksanakan kebijakan makroekonomi melalui kebijakan moneter dan fiskal serta pengendalian langsung, beberapa negara, khususnya Swedia, berupaya untuk mendasarkan konsep dan praktik akuntansi pada sasaran-sasaran makroekonomi. Salah satu dampak pendekatan ini adalah bahwa tujuan melaporkan penghasilan yang stabil dari tahun ke tahun mengesahkan digunakannya cadangan dan kebijakan penyusutan yang fleksibel. Bagaimana cara ini dapat membantu manajemen ABC masih belum jelas.

b)   Mikroekonomi
Pendekatan mikroekonomi terhadap teori akuntansi mencoba menjelaskan pengaruh prosedur pelaporan alternatif pada pengukuran ekonomi dan aktivitas ekonomi pada tingkatan perusahaan. Teori akuntansi modern, yang didasarkan pada mikroekonomi, oleh karenanya berfokus pada perusahaan sebagai satuan usaha ekonomi yang kegiatan utamanya mempengaruhi perekonomian melalui operasi di pasar. Pandangan inilah yang dianut oleh FASB dalam Kerangka Dasar Konseptualnya. Pendekatan ini mengambil sebagai fundamentalnya dasar pemikiran (premis) bahwa informasi keuangan memiliki konsekuensi ekonomi yang tidak dapat dielakkan. Bagaimana persisnya bentuk yang diambil konsekuensi-konsekuensi ini tidak selalu mudah untuk ditentukan dan masih diperdebatkan.
Pendekatan ini akan dibahas lebih jauh. Untuk sekarang cukuplah dikatakan bahwa para ahli teori akuntansi dalam bidang ini cenderung untuk berpendapat bahwa, selama keseluruhan fakta diungkapkan, tidaklah begitu penting bagaimana fakta-fakta itu diungkapkan. Mereka mungkin merasa bahwa masalah pengakuan dalam kasus ABC tidak relevan dengan pasar, karena faktanya sudah diungkapkan seluruhnya. Setiap kepentingan lainnya dalam masalah itu akan berkisar seputar mengapa manajemen tertarik pada angka penghasilan yang lebih tinggi dan bukan yang lebih rendah. Mereka akan bertanya-tanya, apa motivasi manajemen yang sebenarnya?.

c)    Akuntansi Sosial Korporasi.
Pandangan mikroekonomi terhadap akuntansi tidak mesti mencakup semua pengaruh perusahaan pada masyarakat. Biaya polusi lingkungan, pengangguran, kondisi kerja yang tidak sehat, dan masalah-masalah sosial lainnya biasanya tidak dilaporkan oleh perusahaan, kecuali sejauh biaya-biaya itu ditanggung langsung oleh perusahaan melalui pemajakan dan regulasi. Akuntansi sosial korporasi mencoba membahas masalah-masalah ini.
Sebuah contoh yang terkenal dalam upaya memasukkan tujuan-tujuan akuntansi sosial dan makroekonomi ke dalam satu teori pelaporan korporasi disajikan dalam Corporate Report, sebuah kertas kerja yang diterbitkan oleh Institute of Chartered Accountants di Inggris dan Wales. Salah satu usulan laporan itu adalah diterbitkannya laporan nilai tambah (value-added statement) yang mengalokasikan pendapatan, setelah dikurangi biaya bahan,  kepada para pegawai, kreditor, dan pemegang saham. Kelompok-kelompok ini seringkali secara keseluruhan disebut sebagai stakeholder (pemegang penyertaan) dalam perusahaan. Pendukung analisis stakeholder berpendapat, dengan justifikasi tertentu, bahwa akuntansi ortodoks dengan penekanannya pada pemegang saham, sebenarnya merupakan subhimpunan dari akuntansi sosial yang penekanannya adalah pada kelompok stakeholder yang lebih luas.
Pengakuan atas peranan yang lebih luas yang dimainkan korporasi juga ditemukan dalam ekuitas perusahaan yang dibahas kemudian. Selain itu, FASB secara formal mengakui dalam Kerangka Dasar Konseptualnya bahwa ada banyak pihak selain para pemilik yang tertarik pada informasi keuangan. Pihak-pihak itu mencakup para kreditor, pelanggan, serikat buruh, serikat dagang, guru, dan para mahasiswa. Teori akuntansi modern juga, seperti yang akan dibahas kemudian, mengakui bahwa informasi itu sendiri adalah barang publik dengan sifat yang mirip dengan eksternalitas, seperti polusi. Laporan keuangan dan keributan yang tidak diinginkan, misalnya, sama-sama merupakan barang bebas bagi para penerimanya. Sukar, jika bukan mustahil, untuk membentuk satu pasar untuk setiap barang tersebut.
Akan tetapi, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan dalam mengembangkan teori akuntansi sosial yang lengkap. Di masa lalu minta relatif rendah, mungkin karena organisasi buruh, walaupun merupakan stakeholder utama dalam perusahaan, belum memainkan peran yang besar di Amerika Serikat dalam penetapan kebijakan akuntansi. Situasi ini mungkin berubah di masa depan jika Amerika bergerak lebih sejalan dengan pengalaman bangsa Eropa. Selain itu, karena para ahli teori mulai bersepakat mengenai sifat barang publik yang dimiliki informasi keuangan, mereka kemungkinan besar akan mengembangkan teknik-teknik untuk menangani barang-barang publik lain yang membentuk dasar permasalahan akuntansi sosial.
1.2.5.   Pendekatan Perilaku
Sebuah alternatif selain pendekatan ekonomi dengan mengandalkan diri pada pandangan-pandangan psikologi dan sosiologi dalam perkembangan teori akuntansi. Fokus dalam pendekatan ini adalah pada relevansi informasi yang dikomunikasikan kepada para pengambil keputusan dan perilaku berbagai individu atau kelompok sebagai akibat dari disajikannya informasi akuntansi. Dalam kasus ABC, masalahnya mungkin menyangkut apa dampak pengakuan laba secara dini, serta pengungkapan kontroversi ini, pada keputusan yang dibuat oleh para pemegang saham.
Pemakai terpenting laporan akuntansi, yang disajikan kepada mereka yang berada di luar perusahaan, biasanya dianggap mencakup para pemegang saham, investor, kreditor dan badan-badan pemerintah; akan tetapi, teori-teori perilaku juga memperhitungkan pengaruh laporan eksternal pada keputusan manajemen dan efek umpan balik (feedback effect) dari tindakan para akuntan dan auditor. Jadi  teori-teori perilaku mencoba mengukur dan mengevaluasi pengaruh-pengaruh ekonomi, psikologis, dan sosiologis yang ditimbulkan oleh prosedur-prosedur akuntansi alternatif dan media pelaporan.

1.2.6.   Pendekatan Struktural
Pendekatan klasik dalam akuntansi untuk menyelesaikan masalah-masalah seperti yang ditimbulkan oleh ABC dapat disebut sebagai pendekatan yang “struktural” karena pendekatan itu memfokuskan pada struktur sistem akuntansi itu sendiri. Sebagian besar dasar pemikiran dalam pendekatan ini, khususnya pada tingkatan lokal, lakukan dengan analogi. Pendekatan ini mencoba untuk memperlakukan hal-hal yang serupa dengan cara yang serupa. Pertimbangan mengenai titik mana yang paling tepat untuk mengakui peristiwa tertentu biasanya didasarkan pada saat yang dipilih untuk mencatat peristiwa-peristiwa lain. Dengan kata lain, para akuntan mencoba untuk mengklasifikasikan transaksi-transaksi yang serupa dengan cara yang serupa atau, lebih formalnya, mengupayakan adanya konsistensi dalam mencatat dan melaporkan transaksi. Hanya bila mereka menghadapi transaksi yang tidak sesuai dengan cetakan yang sudah ada saja mereka dipaksa untuk kembali ke prinsip-prinsip yang lebih mendasar.






PENGERTIAN TEORI AKUNTANSI

2.1.   LATAR BELAKANG
a.    Teori adalah sekumpulan gagasan (konsep), definisi, dan dalil yang menyajikan suatu pandangan sistematis tentang fenomena, dengan menjelaskan hubungan berbagai variable yang saling berkaitan untuk menjelaskan berbagai fenomena tersebut.
b.    Akuntansi adalah:
                         i.     Seni pencatatan, penggolongan dan peringkasan transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan, diukur dengan satuan uang, serta dilakukan intrepertasi atasnya”. (AICPA).
                        ii.     Suatu aktivitas jasa yang menyediakan informasi kuantitatif dan bersifat keuangan yang bermanfaat untuk membuat keputusan-keputusan ekonomik.
c.     (Accounting Theory) adalah asumsi-asumsi dasar (basic assumptions), definisi-definisi (definitions), prinsip (principles), dan konsep-konsep (concepts) ang mendasari penyusunan peraturan atau ketentuan akuntansi (accounting rules) dan pelaporan keuangan (financial reporting) serta bagaimana asumsi-asumsi dasar, definisi-definisi, prinsip, dan konsep-konsep tersebut diperoleh.
Teori akuntansi dapat didefinisikan sebagai penalaran logis dalam bentuk seperangkat nilai yang (1) memberikan kerangka acuan umum yang digunakan untuk menilai praktik akuntansi dan (2) memberi arah perkembangan prosedur dan praktik yang baru. Teori akuntansi dapat juga digunakan untuk menjelaskan praktik-praktik yang ada guna memperoleh pemahaman yang lebih baik atasnya. Tetapi tujuan  yang paling penting dalam teori akuntansi adalah untuk memberikan seperangkat prinsip logis yang saling berkaitan, yang membentuk kerangka acuan umum bagi penilaian dan pengembangan praktik akuntansi yang hebat.
d.    Definisi ini hanya terkait dengan akuntansi keuangan (financial accounting) dan tidak berlaku untuk akuntansi manajemen dan akuntansi pemerintahan.
e.    Secara luas pengertian teori akuntansi tersebut meliputi:
                         i.          Pemilihan metode penilaian (valuation methods)
                        ii.          Pengembangan Rerangka konseptual (conceptual framework) akuntansi sebagai landasan penyusunan aturan akuntansi.
                      iii.          Penilaian kesesuaian rerangka konseptual akuntansi dan prinsip-prinsip lainnya yang menjadi pedoman dalam penyusunan aturan akuntansi.
                      iv.          Penelaahan alas an perusahaan memilih metode akuntansi tertentu diantara alternative-alternativenya.
f.     Teori akuntansi juga mencakup hipotesis dan teori yang didasarkan kepada metode penelitian dan analisis yang lebih formal seperti yang digunakan dalam disiplin lain. Metode formal yang dimaksud adalah metode riset yang diderivasi dari filsafat, matematika, dan statistika.
Tiap teori terdiri dari seperangkat pernyataan atau dalil yang dihubungkan oleh aturan penalaran logik atau penalaran menuju suatu kesimpulan. Pernyataan harus memiliki hipotesis atau premis yang dapat diuji dan kesimpulan, walaupun satu premis atau lebih mungkin didasarkan pada pertimbangan nilai eksplisit. Akan tetapi, pengujian utama atas suatu teori adalah kemampuannya untuk menjelaskan atau meramalkan. Tetapi penjelasan secara abstrak jarang bermanfaat; penjelasan tersebut dapat digunakan untuk meramalkan kejadian di masa lalu atau masa berjalan, dan pembuktian ramalan (penjelasan) itu setidak-tidaknya berguna sebagai pengujian sebagian atas kesanggupan teori meramalkan kejadian atau kondisi yang akan datang.
2.2.   METODOLOGI AKUNTANSI
Suatu metodologi juga diperlukan dalam penyusunan teori akuntansi. Perbedaan opini, pendekatan, dan penilaian di antara praktik dan penelitian akuntansi menyebabkan munculnya dua metodologi: deskriptif, dan normative. Teori akuntansi deskriptif menggunakan metodologi secara tradisional dalam penyusunan teori akuntansi dan merupakan sebuah upaya untuk menilai apa yang terjadi melalui penyusunan praktek-praktek akuntansi sedangkan teori akunatansi normative merupakan sebuah upaya untuk menilai sejumlah praktek yang seharusnya dapat digunakan. Inventory of Generally Accepted Accounting Principles for Bussiness Enterprise (Paul Grady), Accounting Priciples Board (APB) Statement No 4 merupakan bentuk pendekatan deskriptif dalam akuntansi. A Statement of Basic Accounting Theory (American Accounting Association) merupakan bentuk pendekatan normative dari akuntansi.
2.3.   KLASIFIKASI TEORI AKUNTANSI
a.    Teori sebagai Bahasa
Klasifikasi yang pertama bersandar pada ide bahwa akuntansi adalah bahasa. Pragmatik adalah ilmu tentang pengaruh bahasa. Membahas apakah informasi keuangan efektif (bermanfaat) bagi yang dituju dalam perekayasaan akuntansi. Apakah informasi mempengaruhi perilaku pemakai. Semantik adalah ilmu tentang makna bahasa. Membahas penyimbolan kegiatan atau realitas fisis menjadi simbol-simbol (elemen-elemen) statemen keuangan. Sintaksis adalah ilmu tentang logika atau tata bahasa. Membahas pengukuran, pengakuan, dan penyajian elemen-elemen dalam statemen keuangan serta struktur akuntansi.

b.    Teori sebagai Pemikiran
Cara kedua untuk mengklasifikasikan bentuk perdebatan teoritis adalah dengan menanyakan apakah argumen-argumen itu mengalir dari hal-hal yang merupakan generalisasi menuju hal-hal yang spesifik (pemikiran deduktif) atau apakah mengalir dari hal-hal yang spesifik menujju generalisasi (pemikiran induktif).
Pemikiran Deduktif. Menurunkan pernyataan, simpulan, penjelasan, atau prinsip atas dasar konsep umum/dasar yang disepakati dan dianggap benar. Metode yang lebih tepat untuk merumuskan logika dalam pemikiran deduktif ditemukan dalam pendekatan aksiomatik atau pendekatan matematis terhadap teori akuntansi. Dalam metode ini, simbol-simbol matematis diberi ide dan konsep tertentu. Kerangka dasarnya diberikan dalam benetuk model-model matematis yang menggunakan aljabar matriks atau logika simbolik. Batasan-batasan dapat diterapkan dalam bentuk pernyataan-pernyataan matematis. Oleh karena itu, dimulai dengan postulat dan aturan dasar inferensi logis, teorema-teorema dapat dirumuskan dan diuji melaluui operasi matematis. Jadi, metode aksiomatis dapat menghasilkan penerapan metode deduktif yang sangat teliti.
      Kelemahan utama metode deduktif adalah jika salah satu postulat atau premis ternyata salah, kesimpulannya juga bisa salha. Selain itu, pendekatan ini dianggap terlalu jauh dari realitas untuk dapat menurunkan prinsip-prinsip yang realistis dan dapat dilaksanakan, atau untuk menghasilkan dasar bagi aturan praktis.
Pemikiran Induktif. Proses induktif terdiri atas penarikan kesimpulan umum dari hal-hal spesifik. Menurunkan pernyataan, simpulan, penjelasan, atau prinsip umum atas dasar pengamatan beberapa kasus atau kejadian. Keunggulan pendekatan induktif adalah pendekatan ini tidak harus terbatas pada model atau struktur yang telah terbentuk sebelumnya. Para periset bebas untuk melakukan pengamatan apapun yang mereka anggap relevan. Kelemahan utama proses induktif adalah para pengamat cenderung dipengaruhi oleh ide-ide di bawah sadar mengenai apa saja yang merupakan hubungan yang relevan itu dan data apa saja yang harus diamati. Kelemahan lain adalah dalam akuntansi, data mentah kemungkinan berbeda untuk setiap perusahaan. Hubungan-hubungan juga mungkin berbeda, sehingga sukar untuk melakukan generalisasi.

c.     Teori sebagai Panduan (Script)
Teori induktif maupun deduktif dapat bersifat deskriptif (positif) atau preskriptif (normatif). Teori yang deskriptif mencoba mengemukakan dan menjelaskan informasi keuangan apa yang disajikan dan dikomunikasikan kepada para pemakai data akuntansi serta bagaimana penyajian dan pengkomunikasiannya. Dalam teori-teori yang desktiptif, penjelasan atau penalaran untuk menunjukkan secara ilmiah kebenaran pernyataan atau fenomena akuntansi seperti apa adanya sesuai fakta. Fakta sebagai sasaran. Teori yang normatif mencoba menentukan data apa yang harus dikomunikasikan dan bagaimana data itu harus disajikan; berarti, teori itu mencoba menjelaskan apa yang seharusnya dan bukan apa yang sebenarnya disajikan. Dalam teori-teori yang preskriptif (normatif), penjelasan atau penalaran untuk menjustifikasi kelayakan suatu perlakuan akuntansi paling sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Nilai sebagai sasaran.
Pembeda
Teori Positif
Teori Normatif
Bentuk pernyataan
Is
should/ought to
Nada pernyataan
descriptive
prescriptive
Bidang masalah
Facts
values/idealism
Basis penyimpulan
objective/empirical
subjective/reasoning
Kriteria penerimaan teori
true/false
good/bad
Basis/metoda pengujian
science/scientific
art/judgment

VERIFIKASI TEORI
Verifikasi dapat didefinisikan sebagai penetapan akseptabilitas, atau kebenaran, suatu teori. Semua teori haruslah baik secara logika, tetapi di luar itu sifat verifikasi akan tergantung pada sifat teori yang diverifikasi. Teori-teori normatif dinilai dengan cara yang satu; teori-positif dengan cara yang lain.
Verifikasi dapat didefinisikan sebagai penetapan akseptabilitas, atau kebenaran suatu teori. Semua haruslah baik secara logika, tetapi di luar itu sifat verifikasi akan tergantung pada sifat teori yang diverifikasi.

Aspek Teori
Pendekatan Pengujian
Pragmatik
Empiris, daya prediksi
Semantik
Bukti empiris, penalaran logis
Sintaksis
Penalaran logis
Deduktif
Deduktif, penalaran logis
Induktif
Empiris, daya prediksi, metoda ilmiah
Positif
Empiris, metoda ilmiah
Normatif
Penalaran logis, pertimbangan nilai

Teori-teori normatif, termasuk teori verifikasi itu sendiri, dinilai dari kewajaran asumsi-asumsinya. Idealnya, asumsi-asumsi yang menjadi dasar suatu teori normatif, dan dasar-dasar untuk menilai akseptabilitas asumsi-asumsi itu, dinyatakan dengan jelas dalam teori itu. Orang lain mungkin saja menolak esimpulan normatif itu dengan menolak untuk menerima asumsi-asumsinya, tetapi dasar ketidaksepakatan itu sendiri terdefenisikan dengan baik.
Teori-teori deskriptif dievaluasi dengan dua arah yang berbeda, tergantung pada apakah teori itu memiliki kandungan empiris atau tidak. Teori-teori sintaktis merupakan teori-teori deskriptif tanpa kandungan empiris. Teori-teori itu dikonfirmasikan hanya dengan logika. Misalnya, persamaan 2(y+3) = 2y + 6 itu benar karena adanya aturan-aturan matematika yang disepakati bersama. Demikian pula, marjin kotor akan berjumlah $500 jika pendapatan berjumlah $800 dan harga pokok barang yang dijual berjumlah $300, bukan karena pengamatan empiris apapun, melainkan karena adanya aturan-aturan akuntansi yang disepakati bersama.
Sebaliknya, teori-teori sematis merupakan teori-teori deskriptif yang mempunyai kandungan empiris. Karena teori-teori itu dimaksudkan untuk menyatakan sesuatu tentang dunia nyata, kebenarannya tergantung pada pengamatan. Misalnya, bahwa ada $56.23 dalam kas kecil hanya dapat diverifikasi dengan pemeriksaan. Verifikasi teori-teori sematik dapat diperoleh melalui penelitian riset yang menentukan apakah pemakai informasi akuntansi memahami arti yang ingin disampaikan oleh penghasil informasi itu, dalam konteks teori yang relevan.
Teori-teori pragmatik juga merupakan kegunaan akuntansi bagi para investor dan pihak-pihak lainnya. Verifikasi teori-teori itu tidak terlalu tergantung pada kebenarannya melainkan ada nilai teori-teori itu bagi pemakai. Dengan kata lain, kita tidak memverifikasi teori akuntansi pragmatik itu sendiri, melainkan kegunaannya. Hal ini, yang akan menjadi pragmatik itu sendiri, melainkan kegunaannya. Hal ini, yang akan menjadi diperjelas selanjutnya, merupakan jalur yang dipilih oleh para ahli teori akuntansi modern.
Pengujian teori-teori deskriptif seringkali dilakukan dalam bentuk ramalan (prediksi). Misalnya, teori gravitasi memungkinkan para ilmuwan meramalkan bagaimana pergerakan benda-benda saat jatuh dan pengujian daat dilakukan untuk memverifikasi bahwa benda-benda itu memang bergerak seperti yang diramalkan. Hasilnya, jika pengujian itu diulang secukupnya untuk memuaskan para pengamat, disebut sebagai konfirmasi teori itu. Sebaliknya, jika teori itu gagal meramalkan, atau jika ditemukan penyimpangan, dikatakan bahwa teori itu tidak memiliki konfirmasi-atau bahkan disangkal.
Beberapa pengarang tidak setuju dengan deskripsi proses ilmiah ini. Thomas Kuhn, misalnya, menyatakan bahwa ilmu pengetahuan berjalan dengan menetapkan apa yang ia sebut paradigma, yang dapat didefenisikan sebagai erangka dasar untuk menghasilkan pertanyaan-pertanyaan riset. Para ilmuwan tidak begitu mempersoalkan harus mengkonfirmasi atau menyangkal teori-teori; apakah mereka menganggap teori-teori itu lebih atau kurang bermanfaat dalam memancing pertanyaan-pertanyaan yang mendalam tentang sifat dunia kita ini. Teori-teori itu disingkirkan bila tidak lagi bermanfaat dalam menghasilkan pertanyaan-pertanyaan.
Pengarang-pengarang lainnya menolak pendekatan terhadap verifikasi yang murni didasarkan pada ramalan dengan alasan bahwa ramalan, khususnya dalam ilmu-ilmu sosial, seringkali tidak dapat diandalkan karena adanya implikasi perilaku akibat ramalan itu. Misalnya, ramalan depresi ekonomi dapat menyebabkan emerintah mengambil tindakan-tindakan yang malah benar-benar menciptakan atau memperparah depresi (seperti penimbunan atau penjualan surat berharga secara membabibuta). Teori yang dapat menghasilkan ramalan kegagalan usaha dapat benar-benar menyebabkan kegagalan itu jika orang-orang mempercayai ramalan itu. Dengan menolak memberikan dana kepada perusahaan yang sedang menghadapi kesulitan, investor dan kreditor dapat menyebabkan perusahaan itu jatuh bangkrut. Para akuntan bukannya tidak menyadari kemungkinan ini dalam prosedur-prosedur akuntansi tradisional, dan ramalan-ramalan yang lebih akurat bisa saja malah melipatgandakan keprihatinan ini. Oleh karena itu, kemampuan meramal tidak bisa menjadi satu-satunya pertimbangan dalam pengembangan teori-teori dalam akuntansi.
Penggunaan ramalan sebagai kriteria utama untuk mengevaluasi teori akuntansi juga diperumit oleh fakta bahwa teori-teori akuntansi biasanya merupakan campuran dari berbagai bentuk teorisasi. Oleh karena itu, konfirmasi teori-teori akuntansi terjadi pada beberapa tingkatan:
a)    Asumsi-asumsi yang menyangkut dunia nyata harus diuji untuk menilai kesesuaian antara pernyataan itu dan fenomena yang dapat diamati.
b)   Saling hubungan pernyataan-pernyataan dalam teori harus diuji untuk menilai konsistensi logisnya.
c)    Jika ada premis yang didasarkan pada pertimbangan nilai, premis itu harus diterima atau ditolak berdasarkan kesesuaiannya dengan pertimbangan nilai orang itu sendiri. 
d)  Jika ada verifikasi empiris yang tidak konklusif, kesimpulan teori atau hipotesanya harus menjalani verifikasi empiris yang independen.