I want share my resume about teori akuntansi ^^ It's from many books. I hope this resume make your homwork easy too ^^
PENDAHULUAN
1.1.
Akuntansi dan Lingkupnya
Akuntansi keuangan membahas tentang bagimana prosedur, metoda, dan teknik pencatatan
transaksi keuangan dilakukan untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan yang
telah ditetapkan. Standar akuntansi memberi pedoman (pendefinisian, pengukuran,
penilaian, pengakuan, dan pengungkapan elemen–elemen atau pos–pos laporan
keuangan) perlakuan akuntansi terhadap suatu kejadian.
Akuntansi yang dipraktikkan dalam
suatu negara sebenarnya tidak terjadi begitu saja secara ilmiah namun praktik
yang dijalankan dirancang dan dikembangkan secara sengaja untuk mencapai tujuan
sosial tertentu. Dan praktik akuntansi dipengaruhi oleh faktor lingkungan
(sosial, ekonomi, politis). Karena itu, struktur dan praktik akuntansi akan
berbeda antara negara yang satu dengan yang lainnya (perbedaan muncul
dikarenakan struktur dan praktik tersebut disesuaikan dengan kondisi negara,
tempat dimana akuntansi tersebut dijalankan).
Pengembangan Akuntansi
Akuntansi dipandang sebagai
pelaksanaaan dan penerapan standar untuk menyusun seperangkat laporan keuangan.
Dari sudut profesi atau praktisi, akuntansi berkepentingan dengan aspek
“bagaimana”. Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU) atau (Generally Accepted Accounting Principles / GAAP) merupakan pedoman
yang lebih luas dari pada standar akuntansi karena tidak semua perlakuan
akuntansi secara eksplisit diatur dalam standar akuntansi. PABU berisi standar
akunatansi ditambah dengan sumber-sumber acuan lain yang didukung berlakunya.
Di lain pihak, sebagai objek
pengetahuan di perguruan tinggi. Akademisi memandang akuntansi sebagai dua
bidang kajian yaitu bidang praktik dan teori. Dengan demikian pendidikan
akuntansi di perguruan tinggi harus mampu mengubah praktik akuntansi yang
dijalankan menjadi lebih baik. Namun dalam kenyataannya, proses pengajaran di
perguruan tinggi tidak selalu dapat terlaksana karena berbagai faktor.
1.2.
Pendekatan Teori Akuntansi
1.2.1.
Pendekatan Pajak
Pendekatan yang disukai oleh banyak
pendatang baru dalam bidang akuntansi ini menanyakan apa yang akan dikatakan
oleh Internal Revenue Service (IRS) mengenai suatu masalah. Misalnya, kita
dapat bertanya apakah IRS akan mengizinkan ABC mengakui pendapatan pada titik
ini ; atau, apakah IRS akan melarang hal itu ?
Dilema yang pertama dan yang paling
jelas dalam pendekatan ini adalah bahwa pendekatan ini mempersoalkan bagaimana
IRS sampai pada kesimpulannya. Bila kita mengkaji asal mula teoritis akuntansi
pajak, kita akan segera menemukan bahwa tujuan-tujuan akuntansi pajak sangat
berbeda dengan tujuan-tujuan pelaporan keuangan. IRS tidak begitu tertarik pada
pengukuran penghasilan suatu perusahaan dibandingkan dengan penetapan suatu
dasar untuk keperluan pajak. Akibatnya, kesimpulan akuntansi pajak tidak
relevan untuk keperluan kita.
Ini bukan berarti bahwa berbagai
undang-undang pajak penghasilan itu tidak mempunyai dampak yang besar pada
praktik akuntansi di banyak bidang. Undang-undang itu penting dalam mengangkat
praktik akuntansi yang rata-rata menjadi praktik yang standar yang dipakai
perusahaan-perusahaan yang lebih baik pada saat itu. Hal ini menciptakan suatu
perbaikan dalam praktik akuntansi umum dan dalam mempertahankan konsistensi.
Selain itu, ketentuan mengenai penyusutan yang dicakup dalam Exercise Act 1909
dan dalam undang-undang selanjutnya telah menyebabkan digunakannya metode
penyusutan yang sistematis, pencarian konsep-konsep penyusutan yang lebih baik,
dan penggunaan metode yang lebih tepat untuk menghitung biaya penyusutan.
Di samping itu, persyaratan dalam
Act 1918, yang mewajibkan persediaan diperhitungkan dalam penentuan
penghasilan, telah menyebabkan meluasnya diskusi yang berkaitan dengan metode
penilaian yang tepat. Diterimanya metode harga pokok atau harga pasar, mana
yang lebih rendah, dalam peraturan-peraturan sebelumnya untuk menilai
persediaan telah menyebabkan prosedur ini dipakai secara luas dan mendorong
diadakannya diskusi-diskusi mengenai ketapatan konsep itu. Akhirnya, seperti
yang akan diperlihatkan oleh bagian berikut, kasus-kasus pengadilan yang
berhubungan dengan undang-undang pajak telah banyak mempengaruhi perkembangan
konsep-konsep akuntansi.
Sayangnya, aturan-aturan pajak
penghasilan mempunyai pengaruh yang merugikan pada teori dan prinsip akuntansi
dalam banyak bidang. Kecenderungan untuk menerima ketentuan pajak penghasilan
sebagai prinsip dan praktik akuntansi yang berlaku umum ini patut disayangkan.
Berikut ini adalah contoh-contohnya:
a) Setiap metode penyusutan yang dapat
diterima untuk keperluan pajak juga dapat diterima untuk keperluan akuntansi,
tanpa memperhatikan apakah metode itu mengikuti atau tidak mengikuti teori
akuntansi yang baik dalam situasi yang bersangkutan.
b) LIFO harus digunakan untuk keperluan
pelaporan keuangan jika metode itu digunakan dalam laporan pajak.
c) Pos-pos yang seharusnya
dikapitalisasi dalam laporan keuangan jadi dibebankan pada beban sesuai dengan
perlakuan dalam laporan pajak karena perusahaan mencoba mendapatkan pengurangan
pajak sedini mungkin.
d) Karena undang-undang pajak tidak mengizinkan,
biasanya tidak dibuat penyisihan dalam laporan keuangan untuk “mengakui”
beban-beban perbaikan dan pemeliharaan kecuali yang dilakukan secara tidak
langsung dan secara tidak beraturan melalui penyusutan yang dipercepat.
Singkatnya, pengaruh pemajakan
penghasilan perusahaan pada akuntansi di Amerika Serikat dan negara-negara lain
memang besar, tetapi sebagian besar bersifat tidak langsung. Undang-undang
pajak itu sendiri tidak menjadi jalan dalam pemikiran akuntansi. Walaupun
undang-undang pendapatan memang mempercepat dianutnya praktek-praktek akuntansi
yang baik dan karenanya menghasilkan analisis yang lebih kritis atas prosedur
dan konsep akuntansi yang sudah diterima, undang-undang itu juga menjadi
penghambat dalam percobaan dan penerimaan teori yang baik.
1.2.2.
Pendekatan Legal
Pendekatan kedua terhadap akuntansi yang banyak dipakai para pendatang baru
untuk menganalisis situasi-situasi seperti kasus ABC adalah dengan menyarankan
untuk memperoleh pendapat hukum (legal). Tentu saja, seperti dikatakan sebagian
orang, suatu penjualan harus diakui bila hak milik legal berpindah. Sayangnya,
cara ini tidak menyelesaikan masalah tersebut segampang yang diharapkan orang
karena biasanya hak berpindah bila persidangan yang mengadili suatu kasus memutuskan
bahwa hak memang sudah berpindah. Contohnya adalah :
· Perkara ketika Pennzoil mengklaim
bahwa Texaco merampas Getty Oil dari mereka setelah penjualan legal antara
Getty dan Pennzoil selesai. Texaco menanggapi bahwa suatu jabatan tangan saja
tidak merupakan penjualan yang sah atau, dengan kata lain, bukan merupakan
perpindahan hak milik legal. Sebagian besar pengamat kasus ini tampaknya
sependapat dengan Texaco. Akan tetapi, pengadilan Texas meneruskan persidangan
untuk mencari keputusan bagi Pennzoil. Akhirnya, Texaco menyelesaikan perkara
ini di luar pengadilan dengan membayar $3 milyar. Benarkah telah terjadi
penjualan? Argumen-argumen dari kedua pendapat masih saling bertarung dalam
kasus ini. Contoh Kasus:
· Banyak kasus hukum yang menyangkut
sifat penghasilan. Misalnya, perhatikanlah kasus Eisner v. Macomber yang
disidangkan di Mahkamah Agung A.S. tahun 1920. Yang dipermasalahkan adalah apakah
dividen saham itu penghasilan atau bukan. Charles Evans Hughes, yang tampil
mewakili tergugat, menyatakan bahwa :
“Sudah menjadi hakikat penghasilan bahwa penghasilan harus direalisasi.
Potensi saja tidak cukup. ... Penghasilan menyiratkan pemisahan dan realisasi.
Penambahan hutan bukanlah penghasilan sampai hutan itu ditebang. Kenaikan nilai
tanah karena pertumbuhan dan kesejahteraan masyarakat bukanlah penghasilan
sampai kenaikan itu direalisasi. Dalam hal investasi, tidak ada penghasilan
sampai ada keuntungan yang terpisah dan terealisasi. ...”
Karena tidak ada
uang tunai, Hughes berpendapat, tidak ada penghasilan. Argumentasi ini diterima
oleh mayoritas Mahkamah.
· Kasus lain yang membangkitkan minat
adalah James v. United States. Kasus ini melibatkan seorang laki-laki yang
menggelapkan $738,000 dari majikannya selama tahun 1951 sampai 1954. IRS
mengajukannya ke pengadilan karena it lalai tidak membayar pajak penghasilan
atas keuntungan yang diperoleh secara tidak halal itu. Hakim Whittaker berpihak
pada James, dengan menyatakan bahwa James tidak mempunyai penghasilan, karena
seorang yang melakukan penggelapan “sedikitpun tidak mendapat hak, hak milik,
atau kepentingan atas barang jarahannya.” Yang ia ambil, menurut hakim, lebih
bersifat pinjaman!
Dengan logika ini, apakah berarti bahwa perusahaan yang terlibat dalam
penyeludupan narkotik tidak mendapatkan penghasilan karena perusahaan itu tidak
memegang hak legal atas uang yang diperolehnya? Oleh karena itu, haruskah
perusahaan itu dibebaskan dari pajak penghasilan?
FASB, dalam menetapkan suatu
Kerangka Dasar Konseptual untuk akuntansi, menyelidiki penggunaan hukum untuk
menetapkan prinsip-prinsip akuntansi. Mereka mencatat bahwa dalam banyak
situasi selalu ada masalah ekonomi selain masalah legal. “Para pengacara dan
hakim memandang konsep properti dan konsep-konsep yang terkait dengan cara yang
hampir sama dengan cara para akuntan dan pengusaha memandang aktiva, dan mereka
menghadapi kesulitan yang hampir sama dalam hal definisi.” Bahwa mereka tidak
selalu sampai pada kesimpulan yang sama seringkali mencerminkan fakta bahwa
para pengacara itu biasanya tertarik pada penghasilan yang tersedia untuk pajak
atau penghasilan yang tersedia untuk dividen dan bukan pada penghasilan dalam
pengertian suatu pertambahan nilai atau suatu ukuran efisiensi operasional.
Jadi ringkasnya, walaupun undang-undang tentu saja memberikan banyak contoh
yang dapat merangsang pemikiran mengenai masalah-masalah dalam teori akuntansi,
undang-undang jarang menjadi faktor yang menentukan.
1.2.3.
Pendekatan Etika
Pendekatan yang ketiga menanyakan apakah ada solusi yang etis bagi dilema
ABC? Apakah ada sesuatu yang harus dilakukan manajemen? Apakah ini sesuatu yang
lebih daripada sekedar mengikuti seperangkat prosedur akuntansi yang berlaku
umum? Dengan menanyakan pertanyaan-pertanyaan ini dalam suatu bagian yang
terpisah, tidak berarti bahwa pendekatan-pendekatan lainnya tidak mempunyai
kandungan etika, dan juga tidak menyiaratkan bahwa teori-teori etika
mengabaikan semua konsep lainnya. Pertanyaan etis yang fundamental ada di
jantung semua bangunan teori modern.
Etika terhadap teori akuntansi
menekankan konsep-konsep keadilan, kebenaran, dan kewajaran (justice, truth,
fairness). Yang menarik, setiap konsep ini menemukan jalannya sendiri untuk
sampai pada Kerangka Dasar Konseptual yang diciptakan oleh FASB. Pertimbangan
seperti tidak adanya kesengajaan untuk memihak (bias) dan kejujuran penyajian
(representational faithfulness) dianggap sebagai karakterisktik yang perlu
dalam sistem akuntansi yang andal. Netralitas, yang berarti bahwa informasi
tidak boleh dipoles agar mempengaruhi perilaku ke arah tertentu, adalah sifat
yang sangat penting dalam penetapan standar. Pertimbangan etika, dengan kata
lain, mempunyai pengaruh yang meresap di seluruh aspek akuntansi.
Dalam kasus ini, kita dapat memulai
dengan bertanya apakah manajemen bersikap jujur kepada pemegang saham dengan
mencatat transaksi-transaksi tersebut pada titik ini. Atau, kita dapat
menanyakan yang sebaliknya: Apakah manajemen jujur jika tidak mengakui
pendapatan pada titik ini? Kita juga dapat bertanya apakah manajemen ABC
mengatakan yang sebenarnya, walaupun kebenaran dalam akuntansi sukar
didefinisikan dan diterapkan.
Banyak orang tampaknya menggunakan
istilah kebenaran dengan arti “sesuai dengan fakta,” yang ekuivalen dengan
konsep “kejujuran penyajian,” yang didefinisikan sebelumnya. Akan tetapi, tidak
semua yang mengacu pada kebenaran dalam akuntansi mempunyai definisi yang sama
mengenai fakta. Sebagian mengacu pada fakta akuntansi sebagai data yang
objektif dan dapat diuji (verifiable). Jadi, biaya historis merupakan fakta
akuntansi bagi mereka. Bagi yang lainnya, istilah kebenaran digunakan untuk
mengacu pada penilaian aktiva dan beban menurut ukuran ekonomi saat ini.
Misalnya, seorang praktisi menyatakan bahwa laporan keuangan menampilkan
kebenaran hanya bila laporan itu mengungkapkan nilai kini (current value)
aktiva serta keuntungan dan kerugian yang didapat dari perubahan nilai,
walaupun kenaikan nilai harus disebutkan sebagai kenaikan yang sudah
direalisasi atau belum direalisasi.
Banyak
orang mengasosiasikan istilah kebenaran dengan dalil atau pernyataan yang
menurut mereka merupakan prinsip-prinsip yang sudah mapan. Misalnya, banyak
yang menganggap pengakuan keuntungan pada saat penjualan aktiva merupakan
pelaporan keadaan yang “sebenarnya.” Orang-orang yang sama juga beranggapan
bahwa pelaporan suatu taksiran kenaikan nilai aktiva, sebelum penjualan,
sebagai penghasilan biasa, tidak mengandung kebenaran. Jadi, aturan yang mapan
mengenai pengakuan pendapatan digunakan sebagai pedoman untuk menentukan
kebenaran-bukan sebaliknya. Hal ini menyebabkan kebenaran laporan-laporan
keuangan tergantung pada keabsahan fundamental aturan dan prinsip yang telah
diterima, yang menjadi dasar laporan-laporan itu. Ini merupakan fondasi yang
tidak memadai untuk mengukur kebenaran.
1.2.4.
Pendekatan Ekonomi
Dengan harapan dapat menyelesaikan masalah-masalah seperti yang ditimbulkan
oleh ABC, para akuntan sudah lama mencoba untuk menafsirkan konsep-konsep
akuntansi dilihat dari konsep-konsep ekonomi. Dalam tahun-tahun terakhir ini,
benar-benar telah terjadi ledakan riset yang mengkaji kaitan antara penafsiran
ekonomi dan data akuntansi. Bagian-bagian berikut membeberkan tiga jalur yang
berlainan dalam mengambil pendekatan ekonomi terhadap akuntansi: makroekonomi,
mikroekonomi, dan sosial korporasi.
a) Makroekonomi
Pendekatan makroekonomi mencoba menjelaskan pengaruh prosedur pelaporan
alternatif pada pengukuran ekonomi dan aktivitas ekonomi pada tingkatan yang
lebih luas daripada perusahaan, seperti industri atau perekonomian nasional.
Sebagian orang menginginkan lebih jauh lagi daripada sekedar penjelasan dan
mereka berpendapat bahwa salah satu tujuan akuntansi haruslah mengarahkan
perilaku perusahaan dan individu ke arah pelaksanaan kebijakan ekonomi nasional
tertentu. Misalnya, sebagian orang berpendapat bahwa tujuan-tujuan ekonomi
nasional menghendaki laporan akuntansi yang memungkinkan dan bahkan mendorong
dibagikannya dividen yang lebih tinggi dan pengeluaran modal lebih besar dalam
periode perekonomian yang lesu serta mengurangi investasi dalam periode
inflasi.
Walaupun sebagian besar negara melaksanakan kebijakan makroekonomi melalui
kebijakan moneter dan fiskal serta pengendalian langsung, beberapa negara,
khususnya Swedia, berupaya untuk mendasarkan konsep dan praktik akuntansi pada
sasaran-sasaran makroekonomi. Salah satu dampak pendekatan ini adalah bahwa
tujuan melaporkan penghasilan yang stabil dari tahun ke tahun mengesahkan
digunakannya cadangan dan kebijakan penyusutan yang fleksibel. Bagaimana cara
ini dapat membantu manajemen ABC masih belum jelas.
b)
Mikroekonomi
Pendekatan mikroekonomi terhadap teori akuntansi mencoba menjelaskan
pengaruh prosedur pelaporan alternatif pada pengukuran ekonomi dan aktivitas
ekonomi pada tingkatan perusahaan. Teori akuntansi modern, yang didasarkan pada
mikroekonomi, oleh karenanya berfokus pada perusahaan sebagai satuan usaha
ekonomi yang kegiatan utamanya mempengaruhi perekonomian melalui operasi di
pasar. Pandangan inilah yang dianut oleh FASB dalam Kerangka Dasar
Konseptualnya. Pendekatan ini mengambil sebagai fundamentalnya dasar pemikiran
(premis) bahwa informasi keuangan memiliki konsekuensi ekonomi yang tidak dapat
dielakkan. Bagaimana persisnya bentuk yang diambil konsekuensi-konsekuensi ini
tidak selalu mudah untuk ditentukan dan masih diperdebatkan.
Pendekatan ini akan dibahas lebih jauh. Untuk sekarang cukuplah dikatakan
bahwa para ahli teori akuntansi dalam bidang ini cenderung untuk berpendapat
bahwa, selama keseluruhan fakta diungkapkan, tidaklah begitu penting bagaimana
fakta-fakta itu diungkapkan. Mereka mungkin merasa bahwa masalah pengakuan
dalam kasus ABC tidak relevan dengan pasar, karena faktanya sudah diungkapkan
seluruhnya. Setiap kepentingan lainnya dalam masalah itu akan berkisar seputar
mengapa manajemen tertarik pada angka penghasilan yang lebih tinggi dan bukan
yang lebih rendah. Mereka akan bertanya-tanya, apa motivasi manajemen yang
sebenarnya?.
c)
Akuntansi Sosial Korporasi.
Pandangan mikroekonomi terhadap akuntansi tidak mesti mencakup semua
pengaruh perusahaan pada masyarakat. Biaya polusi lingkungan, pengangguran,
kondisi kerja yang tidak sehat, dan masalah-masalah sosial lainnya biasanya
tidak dilaporkan oleh perusahaan, kecuali sejauh biaya-biaya itu ditanggung
langsung oleh perusahaan melalui pemajakan dan regulasi. Akuntansi sosial
korporasi mencoba membahas masalah-masalah ini.
Sebuah contoh yang terkenal dalam upaya memasukkan tujuan-tujuan akuntansi
sosial dan makroekonomi ke dalam satu teori pelaporan korporasi disajikan dalam
Corporate Report, sebuah kertas kerja yang diterbitkan oleh Institute of
Chartered Accountants di Inggris dan Wales. Salah satu usulan laporan itu
adalah diterbitkannya laporan nilai tambah (value-added statement) yang
mengalokasikan pendapatan, setelah dikurangi biaya bahan, kepada para pegawai, kreditor, dan
pemegang saham. Kelompok-kelompok ini seringkali secara keseluruhan disebut
sebagai stakeholder (pemegang penyertaan) dalam perusahaan. Pendukung analisis
stakeholder berpendapat, dengan justifikasi tertentu, bahwa akuntansi ortodoks
dengan penekanannya pada pemegang saham, sebenarnya merupakan subhimpunan dari
akuntansi sosial yang penekanannya adalah pada kelompok stakeholder yang lebih
luas.
Pengakuan atas peranan yang lebih luas yang dimainkan korporasi juga
ditemukan dalam ekuitas perusahaan yang dibahas kemudian. Selain itu, FASB
secara formal mengakui dalam Kerangka Dasar Konseptualnya bahwa ada banyak
pihak selain para pemilik yang tertarik pada informasi keuangan. Pihak-pihak
itu mencakup para kreditor, pelanggan, serikat buruh, serikat dagang, guru, dan
para mahasiswa. Teori akuntansi modern juga, seperti yang akan dibahas
kemudian, mengakui bahwa informasi itu sendiri adalah barang publik dengan
sifat yang mirip dengan eksternalitas, seperti polusi. Laporan keuangan dan
keributan yang tidak diinginkan, misalnya, sama-sama merupakan barang bebas
bagi para penerimanya. Sukar, jika bukan mustahil, untuk membentuk satu pasar
untuk setiap barang tersebut.
Akan tetapi, masih banyak pekerjaan
yang harus dilakukan dalam mengembangkan teori akuntansi sosial yang lengkap.
Di masa lalu minta relatif rendah, mungkin karena organisasi buruh, walaupun
merupakan stakeholder utama dalam perusahaan, belum memainkan peran yang besar
di Amerika Serikat dalam penetapan kebijakan akuntansi. Situasi ini mungkin
berubah di masa depan jika Amerika bergerak lebih sejalan dengan pengalaman
bangsa Eropa. Selain itu, karena para ahli teori mulai bersepakat mengenai
sifat barang publik yang dimiliki informasi keuangan, mereka kemungkinan besar
akan mengembangkan teknik-teknik untuk menangani barang-barang publik lain yang
membentuk dasar permasalahan akuntansi sosial.
1.2.5.
Pendekatan Perilaku
Sebuah alternatif selain pendekatan ekonomi dengan mengandalkan diri pada
pandangan-pandangan psikologi dan sosiologi dalam perkembangan teori akuntansi.
Fokus dalam pendekatan ini adalah pada relevansi informasi yang dikomunikasikan
kepada para pengambil keputusan dan perilaku berbagai individu atau kelompok
sebagai akibat dari disajikannya informasi akuntansi. Dalam kasus ABC,
masalahnya mungkin menyangkut apa dampak pengakuan laba secara dini, serta
pengungkapan kontroversi ini, pada keputusan yang dibuat oleh para pemegang
saham.
Pemakai terpenting laporan akuntansi, yang disajikan kepada mereka yang
berada di luar perusahaan, biasanya dianggap mencakup para pemegang saham,
investor, kreditor dan badan-badan pemerintah; akan tetapi, teori-teori
perilaku juga memperhitungkan pengaruh laporan eksternal pada keputusan
manajemen dan efek umpan balik (feedback effect) dari tindakan para akuntan dan
auditor. Jadi teori-teori
perilaku mencoba mengukur dan mengevaluasi pengaruh-pengaruh ekonomi,
psikologis, dan sosiologis yang ditimbulkan oleh prosedur-prosedur akuntansi
alternatif dan media pelaporan.
1.2.6.
Pendekatan Struktural
Pendekatan klasik dalam akuntansi untuk menyelesaikan masalah-masalah
seperti yang ditimbulkan oleh ABC dapat disebut sebagai pendekatan yang
“struktural” karena pendekatan itu memfokuskan pada struktur sistem akuntansi
itu sendiri. Sebagian besar dasar pemikiran dalam pendekatan ini, khususnya
pada tingkatan lokal, lakukan dengan analogi. Pendekatan ini mencoba untuk
memperlakukan hal-hal yang serupa dengan cara yang serupa. Pertimbangan
mengenai titik mana yang paling tepat untuk mengakui peristiwa tertentu
biasanya didasarkan pada saat yang dipilih untuk mencatat peristiwa-peristiwa
lain. Dengan kata lain, para akuntan mencoba untuk mengklasifikasikan
transaksi-transaksi yang serupa dengan cara yang serupa atau, lebih formalnya,
mengupayakan adanya konsistensi dalam mencatat dan melaporkan transaksi. Hanya
bila mereka menghadapi transaksi yang tidak sesuai dengan cetakan yang sudah
ada saja mereka dipaksa untuk kembali ke prinsip-prinsip yang lebih mendasar.
PENGERTIAN TEORI AKUNTANSI
2.1. LATAR BELAKANG
a.
Teori adalah sekumpulan gagasan (konsep), definisi, dan dalil yang
menyajikan suatu pandangan sistematis tentang fenomena, dengan menjelaskan
hubungan berbagai variable yang saling berkaitan untuk menjelaskan berbagai
fenomena tersebut.
b.
Akuntansi adalah:
i. Seni pencatatan, penggolongan dan
peringkasan transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan, diukur dengan satuan
uang, serta dilakukan intrepertasi atasnya”. (AICPA).
ii. Suatu aktivitas jasa yang menyediakan
informasi kuantitatif dan bersifat keuangan yang bermanfaat untuk membuat
keputusan-keputusan ekonomik.
c.
(Accounting Theory) adalah asumsi-asumsi dasar (basic assumptions),
definisi-definisi (definitions), prinsip (principles), dan konsep-konsep
(concepts) ang mendasari penyusunan peraturan atau ketentuan akuntansi
(accounting rules) dan pelaporan keuangan (financial reporting) serta bagaimana
asumsi-asumsi dasar, definisi-definisi, prinsip, dan konsep-konsep tersebut
diperoleh.
Teori
akuntansi dapat didefinisikan sebagai penalaran logis dalam
bentuk seperangkat nilai yang (1) memberikan kerangka acuan umum yang digunakan
untuk menilai praktik akuntansi dan (2) memberi arah perkembangan prosedur dan
praktik yang baru. Teori akuntansi dapat juga digunakan untuk menjelaskan
praktik-praktik yang ada guna memperoleh pemahaman yang lebih baik atasnya.
Tetapi tujuan yang paling penting dalam
teori akuntansi adalah untuk memberikan seperangkat prinsip logis yang saling
berkaitan, yang membentuk kerangka acuan umum bagi penilaian dan pengembangan
praktik akuntansi yang hebat.
d.
Definisi ini hanya terkait dengan akuntansi keuangan (financial accounting)
dan tidak berlaku untuk akuntansi manajemen dan akuntansi pemerintahan.
e.
Secara luas pengertian teori akuntansi tersebut meliputi:
i.
Pemilihan metode penilaian (valuation methods)
ii.
Pengembangan Rerangka konseptual (conceptual framework) akuntansi sebagai
landasan penyusunan aturan akuntansi.
iii.
Penilaian kesesuaian rerangka konseptual akuntansi dan prinsip-prinsip
lainnya yang menjadi pedoman dalam penyusunan aturan akuntansi.
iv.
Penelaahan alas an perusahaan memilih metode akuntansi tertentu diantara
alternative-alternativenya.
f.
Teori akuntansi juga mencakup hipotesis dan teori yang didasarkan kepada
metode penelitian dan analisis yang lebih formal seperti yang digunakan dalam
disiplin lain. Metode formal yang dimaksud adalah metode riset yang diderivasi
dari filsafat, matematika, dan statistika.
Tiap teori terdiri dari seperangkat pernyataan atau dalil yang dihubungkan
oleh aturan penalaran logik atau penalaran menuju suatu kesimpulan. Pernyataan
harus memiliki hipotesis atau premis yang dapat diuji dan kesimpulan, walaupun
satu premis atau lebih mungkin didasarkan pada pertimbangan nilai eksplisit.
Akan tetapi, pengujian utama atas suatu teori adalah kemampuannya untuk
menjelaskan atau meramalkan. Tetapi penjelasan secara abstrak jarang
bermanfaat; penjelasan tersebut dapat digunakan untuk meramalkan kejadian di
masa lalu atau masa berjalan, dan pembuktian ramalan (penjelasan) itu setidak-tidaknya
berguna sebagai pengujian sebagian atas kesanggupan teori meramalkan kejadian
atau kondisi yang akan datang.
2.2. METODOLOGI AKUNTANSI
Suatu metodologi juga diperlukan dalam
penyusunan teori akuntansi. Perbedaan opini, pendekatan, dan penilaian di antara
praktik dan penelitian akuntansi menyebabkan munculnya dua metodologi:
deskriptif, dan normative. Teori akuntansi deskriptif menggunakan metodologi
secara tradisional dalam penyusunan teori akuntansi dan merupakan sebuah upaya
untuk menilai apa yang terjadi melalui penyusunan praktek-praktek akuntansi
sedangkan teori akunatansi normative merupakan sebuah upaya untuk menilai
sejumlah praktek yang seharusnya dapat digunakan. Inventory of Generally
Accepted Accounting Principles for Bussiness Enterprise (Paul Grady),
Accounting Priciples Board (APB) Statement No 4 merupakan bentuk pendekatan
deskriptif dalam akuntansi. A Statement of Basic Accounting Theory (American
Accounting Association) merupakan bentuk pendekatan normative dari akuntansi.
2.3. KLASIFIKASI TEORI AKUNTANSI
a. Teori sebagai Bahasa
Klasifikasi yang pertama bersandar pada ide bahwa
akuntansi adalah bahasa. Pragmatik adalah ilmu tentang
pengaruh bahasa. Membahas apakah informasi keuangan efektif (bermanfaat) bagi
yang dituju dalam perekayasaan akuntansi. Apakah informasi mempengaruhi
perilaku pemakai. Semantik adalah ilmu tentang makna bahasa. Membahas penyimbolan
kegiatan atau realitas fisis menjadi simbol-simbol (elemen-elemen) statemen
keuangan. Sintaksis adalah ilmu tentang logika atau tata bahasa. Membahas
pengukuran, pengakuan, dan penyajian elemen-elemen dalam statemen keuangan
serta struktur akuntansi.
b. Teori sebagai Pemikiran
Cara kedua untuk mengklasifikasikan bentuk
perdebatan teoritis adalah dengan menanyakan apakah argumen-argumen itu
mengalir dari hal-hal yang merupakan generalisasi menuju hal-hal yang spesifik
(pemikiran deduktif) atau apakah
mengalir dari hal-hal yang spesifik menujju generalisasi (pemikiran induktif).
Pemikiran
Deduktif. Menurunkan pernyataan, simpulan, penjelasan, atau
prinsip atas dasar konsep umum/dasar yang disepakati dan dianggap benar. Metode
yang lebih tepat untuk merumuskan logika dalam pemikiran deduktif ditemukan
dalam pendekatan aksiomatik atau
pendekatan matematis terhadap teori akuntansi. Dalam metode ini, simbol-simbol
matematis diberi ide dan konsep tertentu. Kerangka dasarnya diberikan dalam
benetuk model-model matematis yang menggunakan aljabar matriks atau logika
simbolik. Batasan-batasan dapat diterapkan dalam bentuk pernyataan-pernyataan
matematis. Oleh karena itu, dimulai dengan postulat dan aturan dasar inferensi
logis, teorema-teorema dapat dirumuskan dan diuji melaluui operasi matematis.
Jadi, metode aksiomatis dapat menghasilkan penerapan metode deduktif yang
sangat teliti.
Kelemahan
utama metode deduktif adalah jika salah satu postulat atau premis ternyata
salah, kesimpulannya juga bisa salha. Selain itu, pendekatan ini dianggap
terlalu jauh dari realitas untuk dapat menurunkan prinsip-prinsip yang realistis
dan dapat dilaksanakan, atau untuk menghasilkan dasar bagi aturan praktis.
Pemikiran
Induktif. Proses induktif terdiri atas penarikan kesimpulan
umum dari hal-hal spesifik. Menurunkan pernyataan, simpulan, penjelasan, atau
prinsip umum atas dasar pengamatan beberapa kasus atau kejadian. Keunggulan
pendekatan induktif adalah pendekatan ini tidak harus terbatas pada model atau
struktur yang telah terbentuk sebelumnya. Para periset bebas untuk melakukan
pengamatan apapun yang mereka anggap relevan. Kelemahan utama proses induktif
adalah para pengamat cenderung dipengaruhi oleh ide-ide di bawah sadar mengenai
apa saja yang merupakan hubungan yang relevan itu dan data apa saja yang harus
diamati. Kelemahan lain adalah dalam akuntansi, data mentah kemungkinan berbeda
untuk setiap perusahaan. Hubungan-hubungan juga mungkin berbeda, sehingga sukar
untuk melakukan generalisasi.
c. Teori sebagai Panduan (Script)
Teori induktif maupun deduktif dapat bersifat
deskriptif (positif) atau preskriptif
(normatif). Teori yang deskriptif
mencoba mengemukakan dan menjelaskan informasi keuangan apa yang disajikan dan
dikomunikasikan kepada para pemakai data akuntansi serta bagaimana penyajian
dan pengkomunikasiannya. Dalam teori-teori yang desktiptif, penjelasan atau
penalaran untuk menunjukkan secara ilmiah kebenaran pernyataan atau fenomena
akuntansi seperti apa adanya sesuai fakta. Fakta sebagai sasaran. Teori yang
normatif mencoba menentukan data apa yang harus dikomunikasikan dan bagaimana
data itu harus disajikan; berarti, teori itu mencoba menjelaskan apa yang
seharusnya dan bukan apa yang sebenarnya disajikan. Dalam teori-teori yang
preskriptif (normatif), penjelasan
atau penalaran untuk menjustifikasi kelayakan suatu perlakuan akuntansi paling
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Nilai sebagai sasaran.
Pembeda
|
Teori Positif
|
Teori Normatif
|
Bentuk
pernyataan
|
Is
|
should/ought to
|
Nada pernyataan
|
descriptive
|
prescriptive
|
Bidang masalah
|
Facts
|
values/idealism
|
Basis
penyimpulan
|
objective/empirical
|
subjective/reasoning
|
Kriteria
penerimaan teori
|
true/false
|
good/bad
|
Basis/metoda
pengujian
|
science/scientific
|
art/judgment
|
VERIFIKASI TEORI
Verifikasi dapat didefinisikan
sebagai penetapan akseptabilitas, atau kebenaran, suatu teori. Semua teori
haruslah baik secara logika, tetapi di luar itu sifat verifikasi akan
tergantung pada sifat teori yang diverifikasi. Teori-teori normatif dinilai
dengan cara yang satu; teori-positif dengan cara yang lain.
Verifikasi dapat didefinisikan sebagai penetapan akseptabilitas, atau
kebenaran suatu teori. Semua haruslah baik secara logika, tetapi di luar itu
sifat verifikasi akan tergantung pada sifat teori yang diverifikasi.
Aspek Teori
|
Pendekatan Pengujian
|
Pragmatik
|
Empiris, daya prediksi
|
Semantik
|
Bukti empiris, penalaran logis
|
Sintaksis
|
Penalaran logis
|
Deduktif
|
Deduktif, penalaran logis
|
Induktif
|
Empiris, daya prediksi, metoda ilmiah
|
Positif
|
Empiris, metoda ilmiah
|
Normatif
|
Penalaran logis, pertimbangan nilai
|
Teori-teori normatif, termasuk teori
verifikasi itu sendiri, dinilai dari kewajaran asumsi-asumsinya. Idealnya,
asumsi-asumsi yang menjadi dasar suatu teori normatif, dan dasar-dasar untuk
menilai akseptabilitas asumsi-asumsi itu, dinyatakan dengan jelas dalam teori
itu. Orang lain mungkin saja menolak esimpulan normatif itu dengan menolak
untuk menerima asumsi-asumsinya, tetapi dasar ketidaksepakatan itu sendiri
terdefenisikan dengan baik.
Teori-teori deskriptif dievaluasi
dengan dua arah yang berbeda, tergantung pada apakah teori itu memiliki
kandungan empiris atau tidak. Teori-teori sintaktis merupakan teori-teori
deskriptif tanpa kandungan empiris. Teori-teori itu dikonfirmasikan hanya
dengan logika. Misalnya, persamaan 2(y+3) = 2y + 6 itu benar karena adanya
aturan-aturan matematika yang disepakati bersama. Demikian pula, marjin kotor
akan berjumlah $500 jika pendapatan berjumlah $800 dan harga pokok barang yang
dijual berjumlah $300, bukan karena pengamatan empiris apapun, melainkan karena
adanya aturan-aturan akuntansi yang disepakati bersama.
Sebaliknya, teori-teori sematis
merupakan teori-teori deskriptif yang mempunyai kandungan empiris. Karena
teori-teori itu dimaksudkan untuk menyatakan sesuatu tentang dunia nyata,
kebenarannya tergantung pada pengamatan. Misalnya, bahwa ada $56.23 dalam kas
kecil hanya dapat diverifikasi dengan pemeriksaan. Verifikasi teori-teori
sematik dapat diperoleh melalui penelitian riset yang menentukan apakah pemakai
informasi akuntansi memahami arti yang ingin disampaikan oleh penghasil
informasi itu, dalam konteks teori yang relevan.
Teori-teori pragmatik juga merupakan
kegunaan akuntansi bagi para investor dan pihak-pihak lainnya. Verifikasi
teori-teori itu tidak terlalu tergantung pada kebenarannya melainkan ada nilai
teori-teori itu bagi pemakai. Dengan kata lain, kita tidak memverifikasi teori
akuntansi pragmatik itu sendiri, melainkan kegunaannya. Hal ini, yang akan
menjadi pragmatik itu sendiri, melainkan kegunaannya. Hal ini, yang akan
menjadi diperjelas selanjutnya, merupakan jalur yang dipilih oleh para ahli
teori akuntansi modern.
Pengujian teori-teori deskriptif
seringkali dilakukan dalam bentuk ramalan (prediksi). Misalnya, teori gravitasi
memungkinkan para ilmuwan meramalkan bagaimana pergerakan benda-benda saat
jatuh dan pengujian daat dilakukan untuk memverifikasi bahwa benda-benda itu
memang bergerak seperti yang diramalkan. Hasilnya, jika pengujian itu diulang
secukupnya untuk memuaskan para pengamat, disebut sebagai konfirmasi teori itu.
Sebaliknya, jika teori itu gagal meramalkan, atau jika ditemukan penyimpangan, dikatakan
bahwa teori itu tidak memiliki konfirmasi-atau bahkan disangkal.
Beberapa pengarang tidak setuju
dengan deskripsi proses ilmiah ini. Thomas Kuhn, misalnya, menyatakan bahwa
ilmu pengetahuan berjalan dengan menetapkan apa yang ia sebut paradigma, yang
dapat didefenisikan sebagai erangka dasar untuk menghasilkan
pertanyaan-pertanyaan riset. Para ilmuwan tidak begitu mempersoalkan harus
mengkonfirmasi atau menyangkal teori-teori; apakah mereka menganggap
teori-teori itu lebih atau kurang bermanfaat dalam memancing
pertanyaan-pertanyaan yang mendalam tentang sifat dunia kita ini. Teori-teori
itu disingkirkan bila tidak lagi bermanfaat dalam menghasilkan
pertanyaan-pertanyaan.
Pengarang-pengarang lainnya menolak
pendekatan terhadap verifikasi yang murni didasarkan pada ramalan dengan alasan
bahwa ramalan, khususnya dalam ilmu-ilmu sosial, seringkali tidak dapat
diandalkan karena adanya implikasi perilaku akibat ramalan itu. Misalnya,
ramalan depresi ekonomi dapat menyebabkan emerintah mengambil tindakan-tindakan
yang malah benar-benar menciptakan atau memperparah depresi (seperti penimbunan
atau penjualan surat berharga secara membabibuta). Teori yang dapat
menghasilkan ramalan kegagalan usaha dapat benar-benar menyebabkan kegagalan
itu jika orang-orang mempercayai ramalan itu. Dengan menolak memberikan dana
kepada perusahaan yang sedang menghadapi kesulitan, investor dan kreditor dapat
menyebabkan perusahaan itu jatuh bangkrut. Para akuntan bukannya tidak
menyadari kemungkinan ini dalam prosedur-prosedur akuntansi tradisional, dan
ramalan-ramalan yang lebih akurat bisa saja malah melipatgandakan keprihatinan
ini. Oleh karena itu, kemampuan meramal tidak bisa menjadi satu-satunya
pertimbangan dalam pengembangan teori-teori dalam akuntansi.
Penggunaan ramalan sebagai kriteria
utama untuk mengevaluasi teori akuntansi juga diperumit oleh fakta bahwa
teori-teori akuntansi biasanya merupakan campuran dari berbagai bentuk
teorisasi. Oleh karena itu, konfirmasi teori-teori akuntansi terjadi pada
beberapa tingkatan:
a) Asumsi-asumsi yang menyangkut dunia
nyata harus diuji untuk menilai kesesuaian antara pernyataan itu dan fenomena
yang dapat diamati.
b) Saling hubungan
pernyataan-pernyataan dalam teori harus diuji untuk menilai konsistensi
logisnya.
c) Jika ada premis yang didasarkan pada
pertimbangan nilai, premis itu harus diterima atau ditolak berdasarkan
kesesuaiannya dengan pertimbangan nilai orang itu sendiri.
d) Jika ada verifikasi empiris yang tidak
konklusif, kesimpulan teori atau hipotesanya harus menjalani verifikasi empiris
yang independen.